Telemedicine, istilah ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita, terutama bagi yang bekerja atau berhungan dengan dunia kesehatan. Telemedicine sendiri sederhanya adalah layanan kesehatan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Telehealth atau telemedicine sebenarnya bukan hal baru, teknologi ini sudah di kembangkan sejak tahu 1940an.

Sejak awal pandemi COVID-19, semakin banyak dikenal oleh masyarakat luas, dan makin banyak juga aplikasi telemedicine yang dapat kita temukan di app store atau playstore. Manfaat yang jelas dirasakan dari tele-konsultasi tentu saja adalah pemeriksaan kesehatan dilakukan jarak jauh, tanpa perlu mengkhawatirkan hal lain seperti kerumunan, kemacetan, dan waktu tunggu. Namun di sisi lain pasti tidak sedikit yang mempertanyakan ke-akuratan diagnosa atau pemberian resep obat.

Aplikasi atau platform telemedicine yang kita temukan di app store atau playstore sebagian besar tidak memiliki catatan/riwayat konsultasi atau diagnosa dan yang paling pasti tidak memiliki akses ke rekam medis pasien di fasilitas kesehatan pasien terdaftar. Hal ini tentunya dapat menurunkan keakuratan diagnosa, terutama jika belum memiliki atau tidak terintegrasi dengan perangkat remote patient monitoring.

 

 

Layanan telemedicine yang disediakan aplikasi – aplikasi tersebut sebagian besar hanya sebatas pada tele-konsultasi (synchronous) saja, dan hanya beberapa saja yang menerapkan atau terintegrasi dengan telemedicine store and forward ataupun remote patient monitoring.